Thursday, September 6, 2012

Problem-based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL merupakan salah satu metode yang banyak digunakan (Amir, 2009).  Beberapa teori PBL mengatakan sebagai berikut : PBL merupakan pendekatan berpusat pada siswa dan pembelajaran aktif progresif dimana masalah yang tidak terstruktur digunakan sebagai titik awal dan pengait dalam proses pembelajaran (Tan, 2004). Savin-Badin (2004) mendefinisikan PBL sebagai suatu pendekatan yang terdiri dari beberapa aspek yaitu self-directed and life-long learning, dengan problem solving dan keterampilan berpikir kritis dikembangkan dengan difasilitasinya kelompok pembelajar. Barak, 2006 (dalam Tan, 2009) mendefinisikan PBL sebagai alternatif pendekatan yang lebih progresif dalam pembelajaran dan salah satu yang didasarkan pada kesempatan untuk melatih kreativitas dan pengembangannya.
Definisi-definisi lain PBL yang cukup mewakili, seperti yang diungkapkan oleh: Prof. Howard Barrows dan Kelson ( dalam Amir, 2009: 21) yaitu bahwa PBL merupakan kurikulum dan pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Kemudian Dutch,1994 ( dalam Amir, 2009 :21) menyatakan bahwa PBL merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Kemudian, Amir (2009:12) mengemukakan bahwa PBL adalah suatu metode untuk menunjang pendekatan learner centre dan memberdayakan pembelajar. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PBL adalah pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi terjadinya learner centre dengan menggunakan masalah sebagai pemicu rasa ingin tahu siswa.
Salah satu manfaat PBL menurut Amir (2009) adalah memberdayakan pembelajar. Hal yang ingin dicapai dalam pemberdayaan pembelajar adalah siswa memperoleh pengetahuan yang relevan (knowledge), siswa berpikir untuk dapat memahami (thinking), siswa melakukan (doing) serta perubahan perilaku dan cara pikir atas sesuatu. Dengan demikian pembelajar bukan lagi penerima pasif atas pemikiran-pemikiran pendidiknya namun harus dapat memastikan bahwa mereka dapat melihat dengan jelas pemikirannya (Amir, 2009).
Manfaat lain dari PBL menurut Amir (2009) adalah merangsang rasa ingin tahu, keinginan untuk mengamati, motivasi serta keterlibatan seseorang atas satu hal. Norman and Schmidt (1992) dalam Tan (2004) mengemukakan bahwa PBL meningkatkan pemindahan konsep ke masalah baru, pengintegrasian konsep, ketertarikan dalam belajar, dan belajar keterampilan-keterampilan. Pendapat tersebut didukung oleh (Albanese and Mitchell (1993) dalam Tan, 2004) yang mengemukakan bahwa PBL membantu siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan penalaran. Sedangkan menurut Lynda wee (2002) dalam Amir (2009) mengatakan manfaat PBL adalah untuk menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self-directed), kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif diperlukan  dalam dunia kerja. Pendapat senada dikemukakan oleh Donald woods (2000) dalam Amir (2009) yang mengemukakan bahwa PBL membantu pembelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim dan komunikasi. Hal tersebut selaras dengan pendapat Tan (2004) yang mengemukakan bahwa dibandingkan dengan metode konvensional, PBL membantu siswa dalam pembentukan pengetahuan dan keterampilan berargumen (reasoning skills). Lebih lanjut Duch, Groh, and Allen (2001 dalam Savery, 2006) mengemukakan bahwa metode yang digunakan dalam PBL dapat mengembangkan keterampilan khusus, termasuk keterampilan berpikir kritis.  
Menurut Tan(2004) hal tersebut dimungkinkan terjadi karena siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh keterampilan yang berhubungan dengan informasi dalam ruang lingkup masalah dan belajar strategi umum pemecahan masalah. Dutch,1994 (dalam Amir, 2009) menyatakan bahwa ketertarikan pada masalah akan menjadi awal untuk mengembangkan aktifitas belajar yang lebih menarik. Selain itu, dapat menyediakan lebih banyak pilihan dan memberikan tantangan dalam proses berpikir siswa. Melalui diskusi dalam kelompok kecil seperti dalam proses pembelajaran PBL, siswa akan memperoleh pemahaman dari interaksi dengan masalah dan lingkungan pembelajaran. Interaksi dengan masalah berarti keterlibatan dengan masalah. Menurut Tan (2004) keterlibatan dengan masalah dan proses inquiry dengan masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi pembelajaran, dan pengetahuan berkembang melalui proses kolaborasi dari negosiasi sosial dan evaluasi terhadap kelayakan pandangan seseorang. sehingga diperlukan lingkungan pembelajaran yang mendukung ketertarikan dan keterlibatan siswa agar menghasilkan kualitas belajar yang lebih baik (Savin-Badin, 2004).
Ciri-ciri PBL menurut Tan, 2004: masalah merupakan titik awal pembelajaran, masalah merupakan masalah dunia nyata, masalah menuntut perspektif majemuk, masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran. Masalah dalam PBL berbeda dengan masalah dalam penugasan (assignment) karena penugasan digunakan saat individu anggota kelompok harus mendalami materi tertentu yang ditugaskan untuknya (Amir, 2009). Masalah dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti kegagalan untuk melakukan sesuatu, situasi yang membutuhkan penanganan segera, kebutuhan untuk mencari cara yang lebih baik, fenomena yang tidak dapat dijelaskan, situasi pembuatan keputusan atau kebutuhan akan innovasi (Tan, 2009). Dengan kata lain, perumusan masalah yang dekat dengan konteks nyata merupakan syarat PBL dan ini merupakan satu keunggulan metode ini.
Perbedaan utama antara model PBL dengan model konvensional adalah terletak pada masalah. Perbedaan-perbedaan lainnya dituangkan dalam table berikut:


Tabel 2.1 Perbedaan Model Konvensional dan Model PBL
Model konvensional
Model PBL
Informasi dipresentasikan dan didiskusikan oleh pendidik.
Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pembelajar mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri untuk mememcahkan masalah. Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh pembelajar sendiri.
Pengetahuan dipindahkan dari pengajar ke pembelajar.
Pembelajar membangun pengetahuan.
Pembelajar menerima informasi secara pasif.
Pembelajar terlibat secara aktif.
Belajar dan penilaian adalah hal yang terpisah.
Belajar dan penilaian adalah hal yang sangat terkait.
Penekanan pada pengetahuan di luar konteks aplikasinya.
Penekananan pada penguasaan dan penggunaan pengetahuan yang merefleksikan isu baru dan lama serta menyelesaikan masalah konteks kehidupan nyata.
Pengajar perannya sebagai pemberi informasi dan penilai.
Pengajar sebagai pendorong dan pemberi fasilitas pembelajaran.
Fokus pada satu bidang disiplin.
Pengajar dan pembelajar mengevaluasi pembelajaran bersama-sama.
Pendekatan pada integrasi antardisiplin.

Beberapa kelemahan PBL menurut Sagala (2009) adalah sebagai berikut siswa dapat melakukan penipuan diri, dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mengalami belajar, tugas bisa saja dikerjakan orang lain apabila tanpa pengawasan dan bila tugas diberikan secara umum mungkin seorang anak didik akan mengalami kesulitan karena kesulitan dengan adanya perbedaan pendapat individual. Menurut Sagala (2009) Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan: pemberian tugas yang jelas dan dapat dimengerti, tugas yang diberikan memperhatikan perbedaan individu, waktu yang diberikan cukup, adanya kontrol dan pengawasan secara sistematis dan bahan pelajaran yang ditugaskan diambil dari hal-hal yang dikenal siswa.
Langkah-langkah PBL menurut Tan (2004) adalah pemberian masalah, analisis awal, perolehan masalah, iterasi independent dan kolaboratif problem solving, pengintegrasian pengetahuan baru, solusi, presentasi dan evaluasi. Sedangkan  langkah-langkah dalam menjalankan PBL menurut  Amir(2009) adalah: Langkah 1: Siswa diberikan masalah kemudian mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas dari masalah yang diberikan, Langkah 2: Merumuskan masalah (melihat inti masalahnya apa), Langkah 3: Menganalisis masalah (merumuskan penjelasan yang mungkin dengan nalar, kemudian meninjau dari berbagai sudut pandang), Langkah 4: Menata gagasan dan menganalisnya lebih dalam, Langkah 5: Memformulasikan tujan pembelajaran, Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber lain, Langkah 7: Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan. Ketujuh langkah tersebut dapat dilakukan dalam beberapa kali pertemuan. Siswa harus bekerja dalam kelompok untuk menyukseskan proses PBL sehingga siswa akan belajar tentang bagaimana seharusnya berperilaku dan bertindak antar sesama anggota kelompok.

2 comments:

  1. bisakah anda memberikan daftar pustaka atas posting anda ini?
    terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Annifa: silahkan lihat buku M. Taufiq Amir untuk PBL. thanks

      Delete

Thank you for visiting my blog . . feel free to leave your message about anything here.