Monday, May 6, 2013

Menciptakan Siswa Yang Ber-inovasi

Saat ini banyak lembaga pendidikan yang meng-claim sebagai lembaga pendidikan yang terbaik dengan menawarkan berbagai bentuk pembelajaran. Ada yang menawarkan program persiapan memasuki universitas, bentuk pembelajaran online, e-texts, dsb. Namun, pada dasarnya mereka hanya mengubah sifat bagaimana pembelajaran disampaikan kepada pembelajar.  Fokus utamanya biasanya adalah bagaimana untuk memperoleh nilai dengan baik. Padahal untuk sukses di abad ke-21 ini, diperlukan tidak sekedar seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki siswa namun lebih kepada bagaimana siswa tersebut menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

Saat ini, pengetahuan merupakan free commodity. Kesempatan untuk belajar lebih terbuka dan terjangkau misalnya dengan program pembelajaran gratis (meskipun belum 100%), pendidikan universitas (misalnya UT) yang terjangkau, ditunjang dengan kemudahan mendapatkan informasi, misalnya dengan mengakses internet, hal ini membuat pengetahuan bisa dimiliki oleh siapa saja dan tidak lagi menjadi nilai saing bagi pemiliknya.

Menurut Wagner (pakar pendidikan dari Harvard university) yang paling penting dalam tantangan dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana meluluskan siswa-siswa yang siap berinovasi atau innovation-ready. Hal ini didukung oleh Thomas L. Friedman (New York Times columnist) yang menyatakan bahwa saat ini, untuk mendapatkan pekerjaan, para lulusan bersaing dengan siswa-siswa dari seluruh dunia, sehingga mereka yang akan mendapatkan pekerjaan dan terus dapat bekerja dalam perekonomian global adalah mereka yang memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah (problem solving). Mereka yang memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah akan mampu untuk memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada bahkan menciptakan  yang baru.

Meskipun banyak perdebatan yang mengemukakan bahwa seseorang yang hebat (misalnya pemimpin) karena memang sudah terlahir demikian, namun ada teori yang mengemukakan bahwa seorang pemimpin juga bisa diciptakan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa generasi muda juga bisa diajarkan untuk berinovasi meskipun mereka tidak dilahirkan sebagai inovator. Wagner memberikan contoh sekolah bernama High Tech atau the New Technology High Schools di San Diego, California yang memiliki reputasi dalam menghasilkan lulusan yang inovatif. Sekolah tersebut mengajarkan cara yang sangat berbeda dengan pendidikan konvensional.

Sekolah-sekolah tersebut fokus pada pembelajaran keterampilan dan bukan pada konten akademis, termasuk keterampilan berpikir kritis dan problem-solving, mereka mengajarkan cara berkomunikasi efektif baik lisan maupun tulisan dan juga keterampilan untuk bertahan seperti kolaborasi dan inisiatif. Mereka membuat siswa terlibat dan tertantang dengan konten akademis meskipun penguasaan konten (content mastery) bukan merupakan tujuan pembelajaran utama mereka. Dalam seluruh kelas, siswa harus menggunakan konten akademis untuk memecahkan masalah dan menghasilkan atau menjawab pertanyaan kompleks. Siswa diminta untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Siswa juga lebih sering melakukan nya dalam kerja kelompok.



sumber : www. tonywagner.com

No comments:

Post a Comment

Thank you for visiting my blog . . feel free to leave your message about anything here.