Saat
ini banyak lembaga pendidikan yang meng-claim
sebagai lembaga pendidikan yang terbaik dengan menawarkan berbagai bentuk
pembelajaran. Ada yang menawarkan program persiapan memasuki universitas,
bentuk pembelajaran online, e-texts, dsb. Namun, pada dasarnya mereka hanya
mengubah sifat bagaimana pembelajaran disampaikan kepada pembelajar. Fokus utamanya biasanya adalah bagaimana
untuk memperoleh nilai dengan baik. Padahal untuk sukses di abad ke-21 ini,
diperlukan tidak sekedar seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki siswa namun
lebih kepada bagaimana siswa tersebut menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Saat ini, pengetahuan merupakan free commodity. Kesempatan untuk belajar lebih terbuka dan terjangkau misalnya dengan program pembelajaran gratis (meskipun belum 100%), pendidikan universitas (misalnya UT) yang terjangkau, ditunjang dengan kemudahan mendapatkan informasi, misalnya dengan mengakses internet, hal ini membuat pengetahuan bisa dimiliki oleh siapa saja dan tidak lagi menjadi nilai saing bagi pemiliknya.
sumber : www. tonywagner.com
Saat ini, pengetahuan merupakan free commodity. Kesempatan untuk belajar lebih terbuka dan terjangkau misalnya dengan program pembelajaran gratis (meskipun belum 100%), pendidikan universitas (misalnya UT) yang terjangkau, ditunjang dengan kemudahan mendapatkan informasi, misalnya dengan mengakses internet, hal ini membuat pengetahuan bisa dimiliki oleh siapa saja dan tidak lagi menjadi nilai saing bagi pemiliknya.
Menurut
Wagner (pakar pendidikan dari Harvard university) yang paling penting dalam
tantangan dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana meluluskan siswa-siswa
yang siap berinovasi atau innovation-ready.
Hal ini didukung oleh Thomas L. Friedman (New York Times columnist) yang menyatakan bahwa saat
ini, untuk mendapatkan pekerjaan, para lulusan bersaing dengan siswa-siswa dari
seluruh dunia, sehingga mereka yang akan mendapatkan pekerjaan dan terus dapat
bekerja dalam perekonomian global adalah mereka yang memiliki keterampilan
dalam memecahkan masalah (problem solving).
Mereka yang memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah akan mampu untuk
memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada bahkan menciptakan yang baru.
Meskipun banyak perdebatan yang mengemukakan
bahwa seseorang yang hebat (misalnya pemimpin) karena memang sudah terlahir demikian,
namun ada teori yang mengemukakan bahwa seorang pemimpin juga bisa diciptakan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa generasi muda juga bisa diajarkan untuk
berinovasi meskipun mereka tidak dilahirkan sebagai inovator. Wagner memberikan contoh sekolah bernama High Tech atau the New
Technology High Schools di San Diego, California yang memiliki reputasi dalam menghasilkan lulusan yang
inovatif. Sekolah tersebut mengajarkan cara yang sangat berbeda dengan
pendidikan konvensional.
Sekolah-sekolah tersebut fokus pada
pembelajaran keterampilan dan bukan pada konten akademis, termasuk keterampilan
berpikir kritis dan problem-solving, mereka mengajarkan cara berkomunikasi efektif baik lisan
maupun tulisan dan juga keterampilan untuk bertahan seperti kolaborasi dan
inisiatif. Mereka membuat siswa terlibat dan tertantang dengan konten akademis
meskipun penguasaan konten (content mastery) bukan merupakan tujuan
pembelajaran utama mereka. Dalam seluruh kelas, siswa harus menggunakan konten
akademis untuk memecahkan masalah dan menghasilkan atau menjawab pertanyaan
kompleks. Siswa diminta untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari
dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Siswa juga lebih sering melakukan nya
dalam kerja kelompok.
No comments:
Post a Comment
Thank you for visiting my blog . . feel free to leave your message about anything here.