Hermeneutik:
Metoda untuk memahami keluarga
Abstrak
Pengetahuan dan pemahaman akan keluarga tidak dapat kita peroleh dengan
sikap berjarak. Bidang ini hanya bisa disentuh dengan pemahaman(verstehen) dan
interpretasi (hermeneutik). Hermeneutik,
sebuah pendekatan yang diperoleh dari filosofi Heidegger menawarkan
kemungkinan-kemungkinan positif untuk memeriksa persamaan arti dan keprihatinan keluarga.
Hermeneutik merupakan teori dan praktek pengertian dan pemahaman (verstehen)
dalam konteks manusia yang berbeda jenis. Heidegger
mengemukakan empat hal yang mempengaruhi pendekatan seseorang dalam memahami
keluarga: Bagaimana manusia disituasikan dalam dunianya, dikonstitusikan oleh
dunianya, terlibat dalam aktifitas sehari-hari dan bergerak oleh
keprihatinan-keprihatinan dalam hidup dari hari ke hari.
Kata Kunci: hermeneutik, metode ilmu, keluarga
Pendahuluan
Keluarga adalah sistem dimana individu saling berhubungan
dan saling ketergantungan satu sama lain. Pengetahuan dan pemahaman akan
keluarga tidak dapat kita peroleh dengan sikap berjarak. Bidang ini tidak bisa
disentuh dengan penjelasan (erklaren)
sebagai model metodis dalam ilmu kealaman. Bidang ini hanya bisa disentuh
dengan pemahaman (verstehen) dan
interpretasi (hermeneutik). Dengan kata lain, ilmu kealaman memerlukan metode erklaren, penjelasan atau eksplanasi,
sementara ilmu kemanusiaan memerlukan metode verstehen, pemahaman dan interpretasi (hermeneutik).
Bagi Dilthey, dinamika kehidupan jiwa manusia merupakan
susunan kompleks terdiri atas pengetahuan, perasan dan kehendak. Hal ini tidak
bisa ditundukkan ke dalam norma-norma kausalitas-mekanistik seperti dalam
pola-pola kuantitatif.
Heidegger mengemukakan empat hal yang mempengaruhi metode yang seseorang
gunakan dalam mempelajari manusia: bagaimana manusia disituasikan dalam
dunianya, dikonstitusikan oleh dunianya, terlibat dalam aktifitas sehari-hari
dan bergerak oleh keprihatinan-keprihatinan dalam hidup dari hari ke hari. Dalam hal ini hermeneutik adalah metodenya.
Paper ini
akan membahas tentang mengapa hermenetik adalah sebuah metoda dan hermeneutik
untuk memahami keluarga. Namun untuk dapat memahaminya, penulis menguraikan secara
singkat apa itu hermeneutik, hermeneutik menurut beberapa filsuf dan bahasa
sebagai sarana untuk memahami.
Sekilas Hermeneutik
Salah
satu arus besar dari filsafat kontinental adalah hermeneutik. Kata hermeneutik
atau hermeneutik berasal dari kata kerja Yunani hermeneuo yang artinya mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang
dalam kata-kata. Kata kerja itu juga bisa berarti menerjemahkan dan juga
bertindak sebagai penafsir. Ketiga pengertian ini sebenarnya mau mengungkapkan
bahwa hermeneutik merupakan usaha untuk beralih dari sesuatu yang relatif gelap
ke sesuatu yang lebih terang.
Di dalam
mitologi Yunani ada tokoh yang namanya dikaitkan dengan hermeneuin, yaitu Hermes. Menurut mitos itu, Hermes bertugas
menafsirkan kehendak dewata (orakel)
dengan bantuan kata-kata manuasia. Pengertian dari mitologi ini kerap kali
dapat menjelaskan pengertian hermeneutik teks-teks kitab suci, yaitu menafsikan
kehendak Tuhan sebagaimana terkandung di dalam ayat-ayat kitab-kitab suci.
Hermeneutik,
bersama-sama dengan fenomenologi dan eksistensialisme mengeksplorasi kekayaan
dari pengalaman, dengan segala kompleksitasnya. Hermeneutik menunjukkan bahwa
pengalaman lebih kaya dari pada yang digambarkan oleh para teoritikus yang
mencoba menggambarkannya dengan segala abstraksi dan reduksinya.
Hermeneutik sendiri memberikan
sumbangan dalam menggambarkan pengalaman ini dengan mengajukan dua hal:
historisitas dan temporalitas. Manusia sebagai makhluk temporal selalu berubah,
menyesuaikan diri dengan tantangan yang sedang dihadapinya, memodifikasi
tujuannya di masa depan, serta memberi makna baru pada masa lalunya.
Hermeneutik juga memperkenalkan apa
yang disebut dengan lingkaran hermeneutik. Lingkaran hermeneutik adalah sesuatu
yang tidak bisa dihindari dalam setiap proses interprestasi. Untuk bisa
memahami satu bagian dari teks yang diinterpretasi, kita harus memahami teks
secara keseluruhan supaya bisa menempatkan bagian teks tersebut ke dalam
konteksnya. Namun untuk memahami keseluruhan isi teks tentu saja dibutuhkan
pemahaman dari seluruh bagian-bagiannya.
Beberapa pemikir hermeneutik mulai
melihat bahwa ilmu-ilmu manusia atau sosial berbeda dengan ilmu-ilmu alam.
Ilmu-ilmu sosial tidak dapat diturunkan metologinya dari ilmu-ilmu alam.
Hermeneutik melihat bahwa ilmu-ilmu sosial tidak dapat seperti ilmu alam yang
dapat mereduksi gejala-gejala alam menjadi sebuah hukum umum yang dapat menerangkannya
(erklären). Ilmu sosial hanya boleh melihat gejala dan mencoba
memahaminya (verstehen).
Beberapa pemikir hermeneutik juga
percaya bahwa manusia memiliki sifat yang sama sehingga dimungkinkan untuk
saling memahami antara manusia yang berbeda era maupun kulturnya. Hermeneutik
mengakui pentingnya sejarah dengan menekankan pentingnya akar seseorang pada
tradisi sejarahnya. Hermeneutik juga mengakui pentingnya pengetahuan sosial
dalam melakukan interpretasi. Kesemuanya ini disebut sebagai sebuah prapemahaman
atau horison
pemahaman. Tanpa latar belakang ini sulit untuk melakukan sebuah proses
interpretasi.
Di dalam perkembangan hermeneutik
modern, terdapat dua tradisi hermeneutik. Yang pertama adalah hermeneutik
tradisional, yang dimulai dengan mengamati objek interpretasi tertentu seperti
teks, hukum, maupun karya seni, dan mencoba memformulasikan hukum-hukum untuk
melakukan interpretasi. Yang kedua adalah hermeneutik filosofis, yang dimulai
dengan menganalisis apa yang dimaksud dengan pemahaman dan menentukan implikasi
dari bermacam-macam cara interpretasi. Kedua tradisi ini bisa dilihat dari
beberapa tokoh hermeneutik yang dipaparkan berikut ini. Schleiermacher, Dilthey
dan Betti mewakili kelompok yang pertama, Heidegger dan Gadamer mewakili
kelompok yang kedua.
Friedrich Ernst Schleiermacher adalah
orang yang memulai tradisi hermeneutik modern. Ia sendiri dipengaruhi oleh dua
pemikir pendahulunya yaitu Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf. Bagi Schleiermacher, tujuan utama
dari interpretasi adalah apa yang ada di belakang motivasi penulis untuk
menuliskan teks tersebut. Yang dicari adalah apa ide di belakang yang
mengorganisasi seluruh isi teks.
Wilhelm Dilthey membedakan ilmu-ilmu
alam dengan ilmu-ilmu manusia. Ia mengatakan bahwa untuk mendalami ilmu manusia
diperlukan cara yang berbeda dengan metode yang dikembangkan ilmu-ilmu alam.
Cara tersebut ia sebut dengan “memahami”, yang dikontraskan dengan “menjelaskan
Martin Heidegger mengubah hermeneutik
tradisional menjadi sebuah filsafat, sebuah hermeneutik ontologis. Interpretasi
bagi Heidegger adalah salah satu dari cara mengada manusia (yang lain adalah
mood dan diskursus).
Menurut Heidegger memahami adalah bagaimana manusia mengalami
sebuah situasi dan bagaimana ia siap untuk menghadapi situasi tersebut. Semakin
seseorang bisa menghadapi sebuah situasi, semakin ia “memahami” situasi
tersebut, semakin ia mampu bertindak, dan ia semakin bereksistensi. Interpretasi adalah salah satu cara
untuk mengartikulasikan pemahaman ini.
Heidegger juga memperkenalkan
lingkaran hermeneutik yang baru: sebuah pertanyaan selalu dibentuk oleh
ekspektasi sebelumnya yang akan menentukan jawaban yang metode yang akan
didapatkan. Hal ini seperti halnya pada lingkaran hermeneutik tradisional
terlihat seperti sebuah paradoks. Namun Heidegger tidak menutup kemungkinan
untuk melakukan interpretasi. Yang dibutuhkan adalah dialog antara teks dan
sang penafsir sehingga teks semakin membuka dirinya untuk ditafsirkan.
Hans Georg Gadamer yang adalah murid dari Heidegger meneruskan
tradisi hermeneutik ontologis yang telah dimulai oleh Heidegger. Menurut Gadamer, teks dan penafsir memiliki otoritas
yang sama atas interpretasi, tidak satu pun bisa mendominasi yang lain. Ia
ingin penafsir tetap terbuka terhadap teks. Ketika sang penafsir tidak
memaksakan keinginan mereka untuk mendapatkan tafsir yang objektif ia dapat
mengalami teks secara lebih penuh. Diubah oleh teks adalah tujuan dari seorang
penafsir yang sejati.
Proses penafsiran adalah fusi horizon
dari kedua eleman ini, penafsir dan teks yang akan ditafsirkan. Keduanya
bergantian saling menginterogasi. Gadamer melihat ini sebagai sebuah proses
tanpa akhir, yang ada hanya pengertian baru yang diperoleh. Di dalam teori Gadamer, dialog dipakai
di dalam seluruh proses interpretasi. Di dalam dialog inilah selubung makna
menjadi terbuka. Gadamer melihat bahwa hukum-hukum interpretasi yang kaku akan
menghilangkan dialog ini.
Emilio Betti mengkritik pendekatan
Gadamer dan ingin kembali kepada tradisi yang telah dibangun oleh
Schleiermacher. Kritik Betti adalah Gadamer telah mengabaikan perbedaan antara
teks dengan signifikansi dari teks bagi penafsir. Kritik Betti yang kedua
adalah pendekatan Gadamer tidak mengijinkan teks untuk berbeda dengan
kepercayaan sang penafsir, karena ia menekankan pada integrasi antara penafsir
dan teks. Baginya Gadamer dengan demikian memaksakan posisi sang penafsir
kepada teks. Teks baginya harus tetap terpisah dari sang penafsir, supaya
tafsir tetap dapat objektif.
Betti juga melihat faktor historis dan
kontekstual perlu dipisahkan satu sama lain. Faktor kontekstual bisa
mengkondisikan makna historis, namun ia bisa jadi tidak relevan. Sebuah
interpretasi historis hendaknya menemukan makna pada konteks dirinya sendiri,
lepas dari makna kontekstual.
Betti sepakat dengan Gadamer bahwa
sang penafsir harus bersikap terbuka terhadap teks, namun ia tetap bersikukuh
bahwa penafsir mesti mengalaminya dari teks itu sendiri, bukan mengalami fantasi
yang direkonstruksi diri sendiri. Betti sebenarnya ingin mengintegrasikan
pemikiran Gadamer dengan Dilthey, dengan mempertahankan subjektivisme Gadamer
dan objektivisme Dilthey.
Hermeneutik telah menawarkan sebuah
pendekatan dalam memahami karya-karya manusia. Di dalam prakteknya, hermeneutik
adalah sesuatu yang memang rumit dan terus berkembang.
Bahasa sebagai sarana untuk memahami
hermeneutik
Pada hakikatnya bahasa mempunyai dua fungsi utama yakni,
pertama, sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai sarana
budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
Filsafat hermeneutik menguak seluruh realitas bahasa
sebagai ungkapan hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
menjadikan bahasa sebagai pusat berawal dan berakhirnya segala persoalan
manusia, melalui analisis bahasa dapat dijelaskan berbagai persoalan konseptual
yang terkandung dalam teks.
Ketika sebuah teks dibaca seseorang, disadari atau tidak
akan memunculkan interpretasi terhadap teks tersebut. Membicarakan teks tidak
pernah terlepas dari unsur bahasa, Heidegger menyebutkan bahasa adalah dimensi
kehidupan yang bergerak yang memungkinkan terciptanya dunia sejak awal, bahasa mempunyai
eksistensi sendiri yang di dalamnya manusia turut berpartisipasi. Dengan
demikian, bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi terjadinya dialog.
Sebagai metoda tafsir, hermeneutik menjadikan bahasa
sebagai tema sentral, kendati di kalangan para fisuf hermeneutik sendiri
terdapat perbedaan dalam memandang hakikat dan fungsi bahasa.
Hermeneutik sebagai Metoda
Pada awalnya metode hermeneutik digunakan untuk
menafsirkan kitab suci saja, namun semenjak Dilthey (1833-1911) metode ini
mulai dipergunakan untuk ilmu-ilmu kemanusiaan seperti bidang sejarah,
psikologi, hukum, sastra, seni dan sebagainya.
Dilthey berambisi untuk menyusun sebuah dasar
epistemologis bagi ilmu kemanusiaan, terutama ilmu sejarah. Tantangan yang
dihadapi Dilthey adalah bagaimana menempatkan penyelidikan sejarah supaya
sejajar dengan penelitian ilmiah dalam bidang ilmu alam. Perbedaan objek kedua
ilmu ini cukup mencolok. Bila ilmu kemanusiaan mengenal dua dimensi eksterior
dan interior bagi objeknya, maka ilmu alam hanya mengenal dimensi eksterior.
Dilthey manganjurkan penggunaan hermeneutik, sebab
baginya, hermeneutik adalah dasar dari Geisteswissenschaften.
Berkenaan dengan keterlibatan individu dalam kehidupan masyarakat yang hendak
dipahaminya, diperlukan bentuk pemahaman yang khusus. Hermeneutiknya Dilthey
berkisar pada tiga unsur yaitu Verstehen
(memahami), erlebnis (dunia
pengalaman batin) dan Ausdruck
(ekspresi hidup). Ketiga unsur ini saling bekaitan dan saling mengandalkan.
Ilmu kemanusiaan, khususnya sejarah, tidak akan
memperoleh pengetahuan yang dicari tanpa mempergunakan verstehen atau pemahaman yang membedakannya dari ilmu alam manusia
sebagai objek pengertian dalam ilmu kemanusiaan memiliki kesadaran, dan ini
memungkinkan bagi penyelidikan tentang alasan-alasan tersembunyi dibalik
perbuatannya yang dapat diamati. Kita dapat memahami perbuatan dengan
mengungkap pikiran, perasaan dan keinginannya. Ilmu kemanusian tidak hanya
mampu mengetahui apa yang telah diperbuat manusia tetapi juga pengalaman batin
(erlebnis), pikiran, ingatan,
keputusan nilai dan tujuan yang mendorongnya berbuat.
Peneliti ilmu kemanusiaan harus berusaha seperti hidup
dalam objeknya, atau membuat objek hidup dalam dirinya. Dengan penghayatan
tersebut akan memudahkan munculnya verstehen
atau pemahaman.
Verstehen atau memahami adalah kegiatan memecahkan arti
tanda-tanda ekspresi yang merupakan manifestasi hidup atau hasil kegiatan jiwa.
Verstehen adalah proses dimana kehidupan mental diketahui melalui ekspresinya
yang ditangkap oleh panca indera. Walaupun demikian ekspresi tersebut lebih
dari sekedar kenyataan fisik, karena ia dihasilkan oleh kegiatan jiwa.
Jadi, tujuan dari metode hermeneutik adalah kemampuan
memahami penulis melebihi pemahaman terhadap diri kita sendiri. Sebagai sebuah
metode tafsir, hermeneutik harus berusaha menyelami kandungan makna di dalam
teks sehingga diperlukan partisipasi dan keterbukaan. Dalam menggali makna,
horison-horison yang melingkupi teks harus dipertimbangkan yaitu horison teks,
pengarang dan pembaca. Dengan demikian upaya pemahaman akan menjadi kegiatan
rekonstruksi.
Hermeneutik untuk memahami keluarga
Dalam mempelajari keluarga, persoalan-persoalan dan
keprihatinan yang dibagi oleh anggota keluarga atau proses-proses yang terjadi
antara anggota keluarga harus dimengerti. Mempelajari keluarga, lebih dari
sekedar mempelajari ikatan antar individu. Ketertarikan dalam
mempelajari apa yang sedang terjadi antar anggota
keluarga membutuhkan ontologi yang mengenali apa yang disebut sebagai intersubjective yang mungkin lebih tepat
disebut berbagi atau persamaan pengertian.
Keanggotaan
dalam keluarga hanya dapat diputuskan oleh setiap anggota dalam keluarga
tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi keluarga adalah kebudayaan, ras,
peranan jenis kelamin, keagamaan dan geografic regionalisme.
Hermeneutik, sebuah pendekatan yang diperoleh dari
filosofi Heidegger menawarkan kemungkinan-kemungkinan positif untuk
memeriksa persamaan arti dan keprihatinan keluarga. Hermeneutik merupakan teori
dan praktek pengertian dan pemahaman (verstehen)
dalam konteks manusia yang berbeda jenis. Evolusi dari hermeneutik sebagai
sebuah pendekatan untuk mempelajari keprihatinan dan kebiasaan
manusia telah dibentuk oleh banyak filsuf termasuk Schleiermacher, Dilthey,
Heidegger, Gadamer dan Ricoeur.
Heidegger mengemukakan empat hal yang mempengaruhi
pendekatan seseorang dalam memahami keluarga: Bagaimana manusia disituasikan
dalam dunianya, dikonstitusikan oleh dunianya, terlibat dalam aktifitas
sehari-hari dan bergerak oleh keprihatinan-keprihatinan dalam hidup dari hari
ke hari.
Menurut Heidegger, manusia hidup disituasikan dalam
aktifitas, hubungan, commitment dan
keterlibatan yang berarti yang membentuk kemungkinan-kemungkinan dan
paksaan-paksaan untuk hidup. Manusia disituasikan dalam dunianya dengan cara
dibesarkan dan hidup dalam pemahaman yang rumit tentang dunia dan sebagai
manusia dan beraksi di dunia yang ada dalam waktu tertentu dalam sejarah,
kebudayaan dan dalam keluarga dimana mereka menemukan diri mereka.
Disituasikan
berarti kita telah memahami siapa kita. Pengertian ini bukan kognitive tetapi
hidup. Pengertian tentang siapa kita secara berbeda ditrasmisikan dalam
kebiasaan dan praktek sehari-hari tentang hal disekitar kita. Aspek pemahaman
ini adalah umum untuk semua manusia, aspek lain adalah kebudayaan atau regional
secara spesifik yang bahkan sangat spesifik untuk keluarga tertentu. Persamaan
pengertian adalah dasar kita memahami satu dengan yang lainnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Disituasikan
berarti disituasikan di suatu zaman tertentu. Misalnya, saya yang dibesarkan di
tahun 80-an tidak akan mengalami situasi seperti di zaman orang tua saya
dibesarkan di tahun 40-an. Tekanan yang saya terima lebih kepada tekanan dari kecemasan
orang tua akan tindak kriminal yang mungkin mengancam saya dan bukan ancaman
perang. Disituasikan berarti memahami arti dan kebiasaan dunia dimana seseorang
disituasikan.
Arti dan kebiasaan
kebudayaan mengkonstitusikan keluarga dan anggota keluarga. Kebudayaan
merupakan kumpulan aturan untuk berperilaku. Esensi kebudayaan adalah dalam
aturan-aturan yang menghasilkan perilaku-perilaku bukan perilaku-perilaku itu
sendiri. Sehingga, kebudayaan merupakan pengaruh pada perilaku tetapi perilaku
sendiri bukan kebudayaan. Perilaku secara umum dipengaruhi oleh kebudayaan
termasuk tipe pakaian dan rasa makanan.
Keluarga dikonstitusikan dalam
kebudayaan yang ada di suatu waktu bukan sebagai kumpulan sifat atau bakat yang
bebas dipilih, diubah atau ditrasformasikan. Dikonstitusikan berarti bahwa bagaimana
kita memahami dunia dan kebiasaannya ke tempat kita berada membentuk siapa kita dan
bagaimana kita memahami kita sendiri dan kemungkinan-kemungkitan yang kita
miliki. Pembentukan tadi tidak secara keseluruhan menentukan siapa kita tetapi
menempatkan paksaan tertentu pada bagaimana cara kita bertindak. Kita tidak
secara radikal bebas untuk menjadi apa saja yang kita pilih. Misalnya,
seseorang yang dibesarkan dalam keluarga katolik, membuat orang tersebut
mengerti tempatnya dalam keluarga, hubungannya dengan agama dan akan sangat
berbeda dengan orang lain yang dibesarkan dalam agama yang lain. Pada saat
dewasa, orang tersebut punya kemungkinan untuk menjadi seorang yang aktif
sebagai praktisi katolik.
Memahami bahwa keluarga dikonstitusikan dan mengkonstitusikan kebudayaan mereka
dan anggota keluarga secara dramatis mengubah bagaimana kita memandang (a)
intervensi dengan keluarga (b) dasar pengetahuan yang harus kita bangun untuk
menyusun intervensi yang berarti di tingkat keluarga. Jika kita memahami bahwa
manusia dapat diubah tapi tidak sedemikan radikal, maka keluarga dan sejarah
kebudayaannya semakin penting karena mereka dikenal terdiri dari pribadi dalam
keluarga dan cara dasar keluarga yang ada.
Dikonstitusikan
berarti setiap individu mempelajari kebudayaannya melalui kebiasaan hidup
sehari-hari dimana dia dibesarkan. Hal ini akan mempengaruhi pola hidup, cara
pandang dan cara bertindak seseorang dimasa depan.
Manusia
terlibat dalam aktifitas sehari-hari. Pandangan ketiga dari Heidegger adalah
cara dasar manusia hidup di dunia adalah terlibat dalam praktek
aktivitas-aktivitas. Terlibat penuh dalam kegiatan sehari-hari dan tidak
merefleksikan keterlibatan digambarkan sebagai keberadaan ready-to-hand mode atau siap
mengulurkan tangan.
Terlibat
dalam praktek aktifitas adalah cara halus seseorang untuk bergerak sepanjang
hari, memasak sarapan, memakaikan pakaian anak-anak, menyetir ke tempat kerja,
semuanya tanpa pertimbangan atau refleksi tentang tindakan-tindakan ini. Cara
kedua bahwa manusia terlibat dalam situasi dan aktifitas sehari-hari adalah saat
berdiri mundur dan berpikir tentang aktifitas sehari-hari, ini hal yang
abstrak, merefleksikan keterlibatan. Sebagai contoh duduk dan merefleksikan
peran sebagai orang tua setelah anak-anak tidur. Contoh lain bentuk
keterlibatan adalah saat orang tua menemukan sepatu anaknya yang kotor dan
basah. Segera, memikirkan kemungkinan, memutuskan alternatifnya dan memakaikannya
pada anak.
Observasi
dan diskusi dengan keluarga tentang aksi memungkinkan pemahaman secara penuh
tentang kebiasaan siap mengulurkan tangan dalam keluarga. Anggota keluarga
berada dalam situasi bertindak atas keprihatinan-keprihatinannya dan pada saat
yang sama menyediakan situasi untuk mengkomentari aksi tersebut. Observasi
penting bagi peneliti untuk memahami penuh kebiasaan pemahaman sendiri dalam
keluarga yang hidup tapi tidak secara sadar atau diartikulasi. Aksi narative
merupakan pendekatan kedua untuk mengakses aktifitas keterlibatan. Narrative
tentang situasi yang terjadi dalam kehidupan keluarga termasuk konteks dan
episode sejarah, bagaimana situasi dipersembahkan dan berkembang seiring waktu,
keprihatinan dan aksi keluarga sepanjang episode dan pemikiran masa lalu
tentang situasi. Bentuk narrative mengekspresikan kecocokan struktur kehidupan
sehari-hari dan dengan demikian merupakan sebuah kendaraan yang bagus bagi ekspresi
keterlibatan sehari-hari.
Jika cara
dasar keluarga ada di dunia adalah dengan terlibat dalam aktifitas kebiasaan
sehari-hari, maka metode untuk mempelajari keluarga harus mencoba mengakses
struktur keterlibatan tersebut. Dua pendekatan untuk memahami aktifitas siap
mengulurkan tangan adalah observasi yang hati-hati terfokus pada fenomena
ketertarikan dalam keterlibatan keluarga dalam aktifitas yang berarti dan
interview narrative yang terperinci dimana keluarga atau anggota keluarga
menggambarkan pengalaman konkrit yang spesifik yang telah terjadi dalam
keluarga.Sehingga
untuk memahami keluarga diperlukan tingkat intelegensi yang tinggi, keterlibatan
emosi dan keterlibatan kebiasaan dengan keluarga yang dipelajari
Asumsi
terakhir adalah cara bahwa manusia terlibat di dunianya dibentuk dan diikat
oleh apa yang menjadi masalah bagi mereka. Keprihatinan atau masalah membentuk bagaimana
kita memasuki sebuah situasi, apa yang kita lihat dan tidak, dan bagaimana kita
bertindak. Misalnya, seorang orang
tua yang prihatin terutama dengan kebersihan yang berlawanan dengan kreativitas
mungkin akan merespon tidak senang daripada senang ketika melihat
anaknya aktif mewarnai dengan jari-jarinya. seringkali,
keprihatinan tidak dapat diekspresikan secara langsung karena tidak disadari
dan ditunjukkan dalam aksi dan respon dari individu dan keluarga dalam situasi
yang mereka gambarkan. Keprihatinan muncul sangat jelas dalam tindakan-tindakan
yang diambil oleh individu atau keluarga dalam situasi tertentu. Keprihatinan
dapat dijelaskan dengan detail hanya sebagian oleh kebanyakan narator setelah
mereka merefleksikan pada pengalaman mereka. Sehingga anggota keluarga diminta
untuk menggambarkan keprihatinan yang paling penting disituasi yang mereka
persembahkan dalam narative dan saat
mereka diobservasi.
Memahami
keprihatinan individu dan keluarga adalah penting demi kepentingan tindakan keluarga.
Untuk mengakses masalah keluarga kita harus memasuki konteks kehidupan
keluarga sehari-hari.
Dengan
demikian, untuk memahami keluarga, peneliti harus membiasakan diri dengan
proses-proses psikis yang memungkinkan suatu makna. Kemudian, peneliti harus
mempunyai pengetahuan tentang konteks. Untuk mengerti suatu kata hanya bisa
dimengerti dalam konteks yang lebih luas, begitu juga dengan tindakan manusia
hanya bisa dipahami melalui konteks yang lebih luas.
Kesimpulan
Pemahaman akan keluarga tidak dapat kita peroleh dengan
sikap mengambil jarak. ini hanya bisa
disentuh dengan pemahaman (verstehen)
dan interpretasi (hermeneutik).
Menurut Heidegger ada empat hal yang mempengaruhi metode yang seseorang
gunakan dalam mempelajari manusia: bagaimana manusia disituasikan dalam
dunianya, dikonstitusikan oleh dunianya, terlibat dalam aktifitas sehari-hari
dan bergerak oleh keprihatinan-keprihatinan dalam hidup dari hari ke hari. Heidegger
menawarkan tentang bagaimana anggota keluarga dapat mempunyai arti dan
kebiasaan yang dibagikan. Kesan tentang berbagi dunia memungkinkan sebuah keluarga
sebagai sebuah unit yang berarti. Hermeneutik menyediakan cara pendekatan untuk
memahami fenomena keluarga yaitu sentral kebiasaan kita dengan keluarga.